Monday, May 9, 2016

MENIKMATI RIZQI
@salimafillah

Makanan lezat dapat diburu, hidangan mahal dapat dibeli. Untuk menikmati racikan seorang Chef Bintang Lima Michelin di Kota Paris, kita harus mengajukan reservasi jauh-jauh hari, dengan uang pangkal yang cukup untuk biaya hidup di Yogyakarta selama berbulan tanpa ngeri.

Tapi nikmatnya makan adalah rizqi, Allah Yang Maha Memberi lagi Membagi.

Seorang bapak di Gunung Kidul yang mencangkul sejak pukul 07.00 pagi, di jam 10.30 didatangi sang istri. Sebuah bakul tergendong di punggungnya, dengan isi amat bersahaja. Nasi ketan bertabur parutan kelapa. Sementara cereknya berisi teh panas, wangi, sepet, kenthel, dan legi.

Peluh dan lelah menggenapkan rasa nikmat di tiap suapan sang belahan jiwa. Senyum mereka tak terbeli oleh berapapun harga.

Ranjang paling empuk dapat dibeli. Kamar tidur paling mewah dapat dirancang. Hotel berlayanan bintang tujuh, Burj Al 'Arab di Dubai dapat menyediakan ruang rehat dengan sewa semalam seharga membangun rumah di negeri kita.

Tapi nikmatnya tidur adalah rizqi. Allah Yang Maha Memberi lagi Membagi.

Seorang anak pemulung berbantal kayu, beralas kardus, berselimut koran terlelap di atas gerobak orangtuanya pada suatu malam di Jakarta. Begitu nyenyak sampai susah untuk membangunkannya.

Gaji yang tinggi dapat dikejar dengan karir cemerlang. Uang yang banyak dapat dikumpulkan dengan memeras keringat hingga kering dan membanting tulang hingga linu. Tapi rizqi adalah soal menikmati, Allah Yang Maha Memberi lagi Membagi.

Seorang direktur sebuah BUMN bergaji besar yang duduk di samping saya dalam penerbangan kelas bisnis hanya memandang cemburu ketika sajian saya nikmati. Saya bertanya mengapa hanya air putih saja yang diteguknya, digenggam erat dalam gelas kaca.

Sungguh berat bagi beliau; mau makan manis, kata dokter, "Jangan Pak, diabetesnya." Mau makan gurih, kata dokter, "Jangan Pak, kolesterolnya." Mau makan asin, kata dokter, "Jangan Pak, hipertensinya." Mau makan kacang, kata dokter, "Jangan Pak, asam uratnya."

Ah saya membayangkan, berapakah yang dinikmati manusia dari apa yang dia sangka miliknya dan ditumpuk-tumpuk dan dihitung jumlahnya. Sekira 1000 triliun ada di rekeningnya, lalu esok pagi tiba malaikat maut menunaikan tugasnya, rizqi siapakah itu sebenarnya? Ahli waris atau bahkan musuh bisnis, Allah tak kekurangan cara untuk mengantarnya pada yang sudah dijatahkan tertulis di sisiNya.

Betapa benar Al Mushthafa ﷺ ketika bersabda, "Anak Adam berkata, 'Hartaku! Hartaku!' Padahal apalah hartanya itu selain makanan yang dilahapnya hingga habis, pakaian yang dipakainya hingga usang, dan apa yang dinafkahkannya di jalan Allah lalu dia dapati Allah membalasnya berlipat di akhirat."

Rizqi adalah jaminan. Menjemputnya adalah ujian. Bekerja adalah ibadah kita; 'itqan, ihsan, ikhlas; bukan mencari rizqi, tapi mencari pahala. Sebab kita harus memindahkan kekhawatiran, dari yang dijamin kepada yang belum dijamin. Yakni; akankah pulang kita ke surga?

Monday, April 25, 2016

Uang emas Indonesia menjadi mata uang standard dunia dan keuntunganya bagi Indonesia

Di Dunia sekarang ini berkembang banyak standard mata uang yang diakui dalam pembayaran dunia, antara lain Dollar USA, Poundsterling, EURO, Yen, dll. Akibatnya banyak Negara yang ikut menyimpan mata uang dalam nominal diatas. Apabila mata uang Negara tersebut mengalami penurunan, maka kekayaan/ devisa Negara lain yang disimpan dalam nominal mata uang tersebut maka ikut turun. Keuntungan ketika mata uang negaranya dipakai Negara lain salah satunya kemudahan dalam transaksi dan pengontrolan keuangan Negara lain secara tidak langsung. China sebagai Negara yang diakui mempunyai ekonomi terbesar kedua juga menginginkan mata uangnya Yuan menjadi salah satu mata uang dunia.

Dari beberapa hal diatas, sebenarnya  belum ada suatu patokan dan mata uang yang bisa dijadikan rujukan secara berimbang antara satu Negara dengan yang lain, dan disitulah kesempatan itu muncul salah satunya bagi Indonesia. Mencari suatu sistem mata uang yang mudah diterima oleh Negara lain dan mudah dalam aplikasinya di kehidupan nyata. Sebenenarnya sederhana saja ada Emas dalam bentuk nyata yang disimpan oleh Negara atau bank emas Negara seperti BI seperti sekarang, akan tetapi Bank tidak memberikan bunga dan malah menarik uang keamanan dari masyarakat untuk menjaga uang emas tersebut.

Uang emas tidak harus berwujud emas di masyarakat, tetapi bisa juga berwujud uang kertas dengan denominasi emas, hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pemegang uang untuk mengamankan uang mereka, dimana saat ekonomi mengalami kelesuan,banyak yang mengarahkan pada penyimpanan dalam bentuk emas. Dan ini menjadi kesempatan untuk mendapatkan penghasilan bagi Negara.


        I.            Keuntungan
a)      Negara membuat rekening tabungan emas dan mata uang emas Indonesia yang disebut bank emas dunia (Gold World Bank)
b)      Bank emas dunia ini menyimpan emas dalam bentuk nyata, tetapi bisa ditipkan ke bank lain atau Negara lain
      II.            Keuntungan bagi bank emas pribadi
a)      Bank emas bisa mendapatkan fee dari penitipan emas misal fee 0,25 % kepada bank emas sebagai admin,  0,75 % pertahun kepada Negara dalam hal menjaga keamanan emas dan zakat atau lainya bagi Negara
b)      Negara mencetak uang kertas dengan satuan berat emas misal 22 K, dengan satuan kecil, sehingga bisa menjadi nilai tukar
c)       Misal ada orang menitip 100 gram emas 22 K mulai tanggal 1 januari. Uang yang didapatkan bank emas dan negara adalah sebagi berikut:
Setelah 159 hari diambil  75 gram sehingga sisa 25 gram
§  uang yang didapat bank emas sampai 159 hari =1,572 gram emas 22 K
§  rekening saldo sisa bagi nasabah bank emas = 100 gram – 75 gram- 1,572 gram= 23,428 gram emas 22 K

    III.            Cadangan emas ini harus disimpan secara actual jangan sampai berwujud uang tanpa agunan emas (jangan sampai dirubah kedalam dollar,rubble, riyal, ataupun  euro, harus dinilaikan dalam emas) dan dijadikan sebagai alat tukar nyata baik ekonomi tradisional maupun perdagangan antar Negara.
    IV.            Keuntungan Negara:
a)      Mendapatkan penghasilan bagi Negara
b)      Bisa disejajarkan dengan mata uang rupiah, tidak perlu system rumit-rumit
c)       Emas yang dihasilkan tidak perlu dijual cukup disimpan sendiri dan bisa menjadi barang jual beli
d)      System moneter akan menjadi lebih kuat karena tidak terlalu berfluktuasi terhadap mata uang asing
e)      Aparat Negara lebih  bisa diberdayakan karena ada tambahan tugas menjaga uang Negara yang dimana bisa dijaga oleh TNI
f)       Menjadi alat tukar real bagi pemerintah dan swasta dalam hal ekspor impor dan secara perlahan tidak tergantung dengan mata uang luar negri
g)      Kepercayaan investor dalam hal system moneter
h)      Pengembangan selanjutnya bisa jauh lebih banyak seperti gaji dan harga tender yang tidak perlu berfluktuasi ataupun memasukkan kata inflasi dalam penyusunan budget
i)        Negara lain akan bisa menabung uangnya di Indonesia (investasi), dan tinggal jagain uangnya saja
j)        Relative Tidak terpengaruh suku bunga bank Negara lain

Pertanyaan:
Apakah bisa menjadi mata uang sendiri yang tidak memberatkan mata uang rupiah

Jawaban:
Mata uang ini bisa menjadi alat tukar sehari-hari, selain emas juga bisa berupa perak dasn sebagainya, misal dibuat saja pecahan 0,1 gram perak dan yang nilainya bisa tergantung harga pasar dalam hal menjual dan membeli barang, karena di pasar tradisionla sendiri harga bisa berfluktuatif, dan nilai tukar mata uang emas/ perak bisa disesuaikan dengan kurs dari pemerintah

Pertanyaan:
Apakah tidak berbahaya jika menyimpan emas dalam begitu besar

Jawaban:
Banyak toko emas yang aman-aman saja, sedangkan ini memakai bantuan institusi Negara seperti TNI, semoga lebih bisa menjamin, bahkan Negara tidak perlu menambah biaya, Cuma ditugaskanlah tni tersebut dengan menjadi tugas pokoknya dan menjadi jalur tugas dia disana

Pertanyaan:
Bagaimana jika dari Negara lain mau nabung ke bank Indonesia dalam bentuk emas


Jawaban:
Kita bisa bekerjasama dengan penyedia emas disana atau Negara disana sebagai penjamin emas, kemudian kita belie mas dari perusahaan penambang emas , atau dengan sistem yang lebih baik.



Yang jelas untung, tinggal jagain orang datang dan jaga emas


Monday, April 28, 2014

Seorang Anak Miskin yang Mengguncang Vatikan


Seorang Anak Miskin yang Mengguncang Vatikan


http://www.islampos.com/seorang-anak-miskin-yang-mengguncang-vatikan-14935/

DI SUATU malam di musim panas tahun 1918 M di perbatasan barat India, tepatnya di salah satu perkampungan miskin di Kota Surat yang menghadap ke Laut Arab, lahirlah seorang anak dari pasangan suami istri muslim. Ia adalah anak pertama mereka ketika mereka sudah mencapai usia tua.
Anak kecil ini hidup sebagaimana kebanyakan anak kecil di perkampungan miskin tersebut, tidak ada yang membedakan antara dirinya dengan lainnya dalam masalah ketergantungannya kepada kedua orang tuanya, tidak juga kecerdasannya. Ia memiliki wajah bulat dan gembung, kulit kehitam-hitaman, tingginya sedang, penuh semangat. Ia selalu kagum dengan segala sesuatu dan tidak ada yang menghentikan derasnya berbagai pertanyaan di kepalanya kecuali jika ia dilkalahkan oleh rasa kantuknya.
Ketika usianya mencapai 9 tahun, bapaknya mempunyai keinginan melakukan perjalanan ke negeri lain untuk bekerja kepada anak pamannya dengan tujuan mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Terasa berat kehidupan di India karena kepadatan jumlah penduduk yang menakutkan dan di sisi lain sumber-sumber kehidupan pada masa kekuasaan Inggris pada saat itu sedikit sekali. Oleh karena itu ia memberitahukan maksudnya itu kepada istrinya.
Karena sangat mencintai anaknya, maka ia ingin jika anaknya ikut bersamanya dan berjanji kepada istrinya bahwa ia akan kembali setelah setahun. Istrinya pun merelakan kepergiannya dengan berat hati.
Akhirnya, sang bapak melakukan perjalanan dan menetap di Kota Dirban untuk beberapa waktu pada tahun 1927 M. Kota tersebut adalah salah satu kota di Negara Afrika Selatan. Ia berada di bawah tanggungan anak pamannya dan si anak di sekolahkan di sana. Berjalanlah segala sesuatunya dengan tenang. Ketika sudah delapan bulan mereka tinggal disana, dan anaknya menunggu waktu untuk mendapatkan kembali pelukan sang ibu, beberapa hari sesudahnya mereka mendengarkan kabar wafatnya sang ibu dan kembalinya ia ke haribaan -rahimahallah- sang Pencipta. Anak dan bapak ini terpukul dengan kabar tesebut. Akhirnya mereka memutuskan untuk menetap di Afrika Selatan selamanya.
Sang bapak tinggal di bagian selatan kota Dirban, di mana disana ada perkampungan bangsa Negro. Ia melakukan banyak pekerjaan dan mampu menciptakan suasana kebapakan untuk puteranya, seiring dengan usia dan kesehatannya yang mulai berkurang.
Setelah tujuh tahun berselang melalui mimpi-mimpi dan cita-citanya untuk hidup lebih baik, dan si anak menuntaskan sekolahnya hingga tingkatan menengah, berpindahlah sang bapak menuju rahmat Allah pada tahun 1934 M yang pada saat itu usia si anak masih 16 tahun. Akhirnya si anak meninggalkan studinya dan mencari pekerjaan untuk hidupnya. Ia menetap di perkampungan bangsa Negro tersebut yang ia tidak mengetahui siapa yang akan melindunginya sedangkan negerinya sendiri dan kerabatnya berada di seberang samudera yang ia tidak mampu menyeberanginya.
Kemudian ia bekerja di banyak pekerjaan dan berpindah dari satu pekerjaan menuju pekerjaan yang lain, tidak lain karena benturan kebutuhan harian dan bulanannya. Akhirnya ia mendapatikn pekerjaan dari pemilik toko beragama Nasrani. Ia adalah salah satu dari lelaki kulit putih yang tinggal di Afrika Selatan. Pemilik toko tersebut melihat pada diri anak itu tanda-tanda kelebihan, amanah, ikhlas, dan kejujuran. Sedikit demi sedikit ia mempercayai anak itu dan berbuat baik kepadanya. Segala sesuatunya berjalan lancar dan ia bekerja dengan tenang.
Suatu ketika ketenangan tersebut terusik dengan berhembusnya “angin kencang”. Pada suatu hari, seorang pendeta Nasrani mengunjungi teman dekatnya, penjual toko tersebut. Di tengah pembicaraannnya, pendeta itu memalingkan perhatiaannya kepada anak itu, yang dari wajahnya kelihatan jika ia bukan penduduk asli Afrika Selatan.
Ia bisa berbicara Bahasa Inggris, Bahasa Zulu [bahasa negara-negara Afrika Tengah dan Selatan] dan Bahasa Urdu [bahasa daerah asalnya]. Anak itu memiliki wajah berseri-seri dan cekatan dalam berkerja. Ia memerintah dan melarang, mengorganisir pekerjaan di toko sampai tuntas dengan ikhlas. Usianya ketika itu 18 tahun atau kurang sedikit.
Pendeta tersebut bertanya kepada temannya: “Siapa nama anak ini?”
Si pemilik toko menjawab: “Namanya xxxxx”
Pendeta tersebut bertanya dengan perasaan kaget: ”Seorang Muslim?”
Si pemilik toko menjawab: “Ya!”
Maka Pendeta itu berkata: “Tidak kah kau tahu bahwa mereka menghinakan Tuhan kita? dan berkata bahwa Ia adalah Hamba [bukan Tuhan-ed]?”
Penjual toko itu menimpali: ”Akan tetapi ia adalah anak yang jujur dan terpercaya!”
Pendeta itu berkata: “Walaupun seperti itu, ia harus masuk Nasrani atau keluarkan ia tanpa ampun!”
Akhirnya, pendeta itu berhasil mengobarkan fitnah di hati temannya dan menyebabkannya langsung menghadirkan anak tersebut.
Penjaga toko itu berkata: “Aku ingin menyelamatkanmu dari kesesatan!”
Anak itu menjawab: “Apa itu?”
Penjaga toko tersebut berkata: “Sesungguhnya pendeta ini adalah agamawan yang mulia, ia ingin menyelamatkan domba Tuhan yang hilang dan menolongmu agar engkau menyelamatkan dirimu sehingga Tuhan akan memberkatimu!”
Anak ini mengetahui konsekuensinya, yaitu murtad, maka Ia berkata: “Tidak, saya Muslim!”
Maka pemilik toko itu berkata: “Pikirkan dulu sebelum memutuskan!”

Namun anak itu tetap menolak karena ia tidak mengetahui kecuali ada satu sesembahan yang berhak disembah yakni Allah, adapun Isa adalah Nabiyullah yang mulia, tidak lebih.
Maka berkatalah pendeta tersebut memotong pembicaraan anak itu dan marah dengan keteguhan anak itu terhadap agamanya dan menolak murtad: “Apakah kamu tidak tahu bahwa Islam adalah agama berhala, kalian thawaf di rumah [Ka’bah] yang didalamnya ada batu dan Rasul kalian beristrikan 9 wanita!”
ahmad deedat2 Seorang Anak Miskin yang Mengguncang Vatikan
Kemudian pendeta itu menyebutkan semua syubhat [kerancuan] bohong tentang Islam, ia banyak bicara yang tidak satupun dapat meluluhkan hatinya. Anak itu hanya diam untuk menghormati pemilik toko dan ia berkeyakinan bahwa pemilik toko hanya membantu temannya sang pendeta. Akan tetapi beberapi hari sesudah itu, pemilik toko kembali kepada kebiasaannya terdahulu yang mencela dan memerangi Islam dan keyakinannya. Ia tidak bisa membantah syubhat-syubhat itu karena ia tidak tahu hal tersebut secara sempurna. Maka ia mengambil keputusan yang berada di luar garis kehidupannya, ia memutuskan untuk mempelajari agama Nasrani.
Mulailah anak yang mendekati baligh ini mempelajari kitab-kitab mereka secara ilmiah. Maka ia memperhatikan Injil, mempelajarinya hingga menghafalnya di luar kepala, kemudian ia membandingkannya dengan Al-Quran, ia mendapati perbedaan yang banyak. Namun ia belum merasa cukup dan belum hilang hausnya. Maka ia melakukan perjalanan untuk membela Islam.
Pertama yang ia ajak untuk berdebat adalah pemilik toko, tempat dimana ia bekerja. Ia mendebatnya dan membuatnya tidak berkutik. Kemudian ia lanjutkan dengan menantang beberapa pendeta dan ia dapat menjatuhkan mereka melalui tangan mereka sendiri dan mereka tidak dapat mempertahankan kebenaran keyakinan mereka di hadapan ribuan orang yang membanjiri ruang pertemuan.
Ia ingin membungkam mulut orang Nasrani selamanya agar tidak lancang menghina Islam. Maka ia meningggalkan pekerjaaannya pada pemilik toko nasrani tersebut. Ia mulai menemui orang-orang Nasrani yang datang ke Afrika Selatan dan mengajaknya berdiskusi. Ketika dialog dan debat yang ia lakukan telah banyak dan usianya mencapai tiga puluhan tahun, maka ia memulai dialognya dengan kalangan pendeta Nasrani.
Semenjak hari itu, suaranya ibarat petir yang menggelegar hingga negara-negara barat yang Nasrani, gema yang menggoncangkan aula-aula Vatikan. Pembicaraanya menggema di barat dengan diskusi dan dialognya yang terkenal dan melambungkan reputasinya. Dan ia terus menantang dan gaungnya tetap menggema hingga hari ini.
Pembicaraan sekitar pertentangan dalam Injil mendorong gereja, pusat-pusat studi Nasrani dan banyak perguruan tinggi di barat membentuk departemen tersendiri dalam menaggapi dan mendebat dirinya dan buku-bukunya melalui penelitian dan studi mendalam.
Pemilik toko yang biasa dan temannya dari kalangan pendeta diatas telah menggugah akal dan hati anak muslim ini. Mereka telah membangunkan anak yang lemah lembut itu hingga menggemparkan dunia dan mengguncang Vatikan, menggetarkan gereja-gereja mereka dan membongkar banyak kekeliruan dalam agama mereka.
Anak tersebut bernama Ahmad Deedat.

Pendamping pemimpin yang baik

Berkaca kepada sejarah ternyata setiap pemimpin besar yang adil dan besar selalu didampingi ulama rabbani, bahkan mereka sendiri adalah ulama.
Empat orang Khulafaurrasyidin adalah para ulama yang dilingkari oleh ratusan bahkan ribuan ulama shahabat.
Umar bin Abdul Aziz didampingi oleh seorang perdana mentri yang bernama Raja' bin Haiwah. Wama adraka ma Raja' bin Haiwah? Di samping itu puluhan ulama tabi'in yang selalu menyertai dan membantu beliau menjalankan amanah. Terus, siapa yang meragukan keulamaan dan ketinggian ilmu beliau (Umar bin Abdul Aziz) sendiri?
Harun ar Rasyid di dampingi oleh dua orang murid Abu Hanifah; Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan Asy Syaibany. Juga seorang alim besar yang bernama Al Kisa-i.
Sultan Shalahuddin al Ayyuby selalu disertai oleh ulama yang sangat hebat dan shaleh; qadhi Fadhil.
Sultan Muhammad al Fatih didampingi selalu oleh seorang guru rabbany yang bernama Syamsuddin Aqa.
Begitu sejarah mencatat! Ini baru segelintir.
Perlu dikoreksi kembali, barangkali penyebab bobroknya kondisi perpolitikan sekarang justru karena ulama menjauh dari ring politik. Tidak mau tahu terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintah. Atau tidak mau ambil resiko, semua cari selamat. Lebih parahnya, pemimpin itu didampingi para ulama suu'.
Saya kira ungkapan: politik haram, ulama jangan berpolitik, politik tidak ada hubungannya dengan agama, agama jangan dibawa-bawa ke arena politik adalah ungkapan politis para ahli syahwat dan ahli dunia yang tidak mau terganggu kebebasannya. Ungkapan orang yang tidak ingin diatur oleh agama, yang ingin bebas sesuai seleranya.
Untuk menyambut kebangkitan Islam di masa yang akan datang persepsi ini perlu diperbarui. Dikembalikan kepada porsi semestinya. Hadits tentang larangan ulama mendekati tangga sultan perlu dipahami dengan benar dan proposional.
Sultan yang baik didampingi oleh ulama rabbany yang baik. Ulama jahat (suu') mendampingi pemimpin yang zalim.
‪#‎copas_dari_Ustd_Zulfi_Akmal‬

JADILAH PENASEHAT YANG BAIK, BUKAN PENCELA

JADILAH PENASEHAT YANG BAIK, BUKAN PENCELA
Imam Al-Hafidz Ibnu Rajab -rahimahullah- mengatakan,
Para ulama dahulu, apabila ingin menasehati seseorang, mereka akan menasehatinya secara rahasia (empat mata).
Sebagian diantara mereka ada yang berkata:
من وعظ أخاه فيما بينه وبينه
فهي نصيحة
ومن وعظه على رؤوس الناس :
فإنما وبخه .
Siapa yang menegur saudaranya secara rahasia, maka itulah nasehat yang sesungguhnya.
Dan siapa yang menegurnya secara terang-terangan dihadapan orang banyak, maka hakikatnya itu adalah celaan.
[Jami'ul Ulum wal Hikam: 7]

Saturday, April 26, 2014

Doa untuk Pemimpin Negeri, semoga negeri ini barokah

Doa Mustajab untuk Pemimpin Negeri

Dari ‘Abdush Shomad bin Yazid Al Baghdadiy, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Fudhail bin ‘Iyadh berkata,
لو أن لي دعوة مستجابة ما صيرتها الا في الامام
“Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku.”
Ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dannegara akan menjadi baik.” (Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al Ashfahaniy, 8: 77, Darul Ihya’ At Turots Al ‘Iroqiy)
Jangan Kau Cela Pemimpinmu

Menghujat dan mencela atau membeberkan aib penguasa/ pemerintah, bukanlah ajaran islam. Karena islam sangatlah menghormati pemerintah muslim walaupun zhalim. Dan kita diperintah untuk taat kepada mereka, Allah Ta’ala berfirman: 

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri (penguasa) di antara kamu.”[QS. an-Nissa':59]. 

Dan kita harus bersabar atas kekeliruan/kesalahan/kezhaliman pemerintah kita.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang melihat sesuatu ia benci dari penguasanya maka hendaklah ia berSABAR. Barangsiapa yang meninggalkan jama’ah sejengkal saja, maka dia mati dalam keadaan (seperti saat) JAHILIYAH.” [HR. al-Bukhari, Muslim],

“Jangan kalian mencela penguasa kalian, jangan kalian menipu dan membencinya. Bertaqwa dan bersabarlah kepada Allah, sesungguhnya perkaranya dekat.”[HR. al-Baihaqi],

Sebaiknya jika pemimpin kita bersalah maka nasehatilah dengan cara yang baik, bukan dengan membeberkan aib/ kesalahannya, sebagaimana Islam sudah mengaturnya sejak zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang hendak menasehati penguasa, janganlah ia menampakkannya terang-terangan, akan tetapi hendaklah ia mengambil tangannya, kemudian menyepi. Apabila penguasa itu mau menerima, maka itulah yang dimaksud. Apabila tidak, sesungguhnya dia telah menunaikannya.” [HR. Imam Ahmad], oleh karena itu hendaklah kita takut kepada Allah, dan bertaqwa kepada-Nya dengan tidak menjelek-jelekan pemerintah kita di halayak ramai.

Semoga kita semua diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala..insya Allah..!

Mudah-mudahan bermanfaat..!

Ust. Fuad Hamzah Baraba' Lc حفظه الله تعالى 

Tetap Taat pada Pemimpin

Apa pun hasil dalam Pemilu Caleg dan Presiden nanti, maka tetaplah taat pada pemimpin tersebut.
الْمَصْلَحَةُ الْعَامَّةُ مُقَدَّمَةٌ عَلَى الْمَصْلَحَةِ الْخَاصَّةِ
“Kemaslahatan umum lebih didahulukan daripada kemaslahatan pribadi.” (Al-Muwafaqot 6: 123 karya Asy Syathibi)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan,
عَلىَ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أَمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) dalam perkara yang ia senangi dan ia benci kecuali apabila diperintah kemaksiatan. Apabila diperintah kemaksiatan maka tidak perlu mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 7144  dan Muslim no. 1839)
Dari ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ « لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ
Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendo’akan kalian dan kalian pun mendo’akan mereka. Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” Kemudian ada yang berkata, ”Wahai Rasulullah, tidakkah kita menentang mereka dengan pedang?”   Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci, maka bencilah amalannya  dan janganlah melepas ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim no. 1855)

Pemimpin adalah Cerminan dari Rakyat, Sadarlah!

كَمَا تَكُوْنُوْنَ يُوَلَّى عَلَيْكُمْ
“Bagaimanapun keadaan kalian (rakyat), maka begitulah keadaan pemimpin kalian.” (catatan: Ungkapan ini dijadikan sebagai judul sebuah risalah yang ditulis oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani al-Jazairi)
Alkisah ada seorang khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib seraya berkata, “Wahai khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak di kritik oleh orang tidak sebagaimana pemerintahannya Abu Bakar dan Umar?!” Sahabat Ali Menjawab, “Karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang semisalku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang semisalmu!!” (Syarh Riyadhus Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin)

Doa untuk Pemimpin Negeri

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ
Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.”
Teks Khutbah Jum’at di Masjid Sudirman Panggang, Gunungkidul, 11 Jumadats Tsaniyah 1435 H
Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com